Laman

Rabu, 11 September 2013

Never Ending Learning

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah yang masih memberikan saya kesehatan, iman, dan nikmat-nikmat lainnya yang begitu banyak, sampai dengan sekarang. Sekarang genap umur saya seperlima abad, iya 1/5 ABAD, alias 25 tahun 3 hari. Tepatnya 8 September kemarin saya melewati milad yang ke 25 tahun. 
25..sebuah angka yang bisa bermakna variatif. Umur 25 tahun bisa mencerminkan usia yang masih muda (bagi mereka yang berumur 40an), usia yang cukup matang (bagi mereka yang berumur 30an), serta usia yang sudah sangat dewasa/tua (bagi mereka yang berumur dibawah 20 tahun). Lalu, bagaimana menurut saya sendiri???

Begitu banyak hal yang telah saya lewati dan rasakan sampai mencapai umur tersebut. Terkadang hujan badai datang menyapa, tak jarang juga pelangi muncul dengan begitu memesona. Subhanallah...Allah mampu menghadirkan segala jenis kondisi dan perasaan  ke dalam hidup saya. Dan pada satu titik dimana saya sadar bahwa semua memerlukan ridho-Nya di setiap langkah saya, bukan hanya mengandalkan logika dan ikhtiar saya saja.

Jika memutar kembali film perjalanan hidup saya, tidak jarang saya merasa geregetan dengan diri saya sendiri. Saya merasa menjadi seseorang yang paling menyebalkan. Dan bisa jadi saya akan memilih untuk tidak berteman dengan diri saya sendiri jika saya adalah orang lain. Namun, begitulah saya selalu beruntung dikelilingi oleh orang-orang yang baik dan tulus. Keluarga yang amat mencintai saya, teman-teman yang baik dan lingkungan yang selalu mendukung saya. Betapa beruntungnya saya. Ya, meskipun dalam berinteraksi tak jarang pula bertemu dengan orang-orang yang mengecewakan atau menyakiti. Namun, rasa kekecewaan tersebut bisa jadi muncul karena ke-ego-an saya yang tinggi atau bisa jadi cara Allah untuk menyadarkan saya secara halus. Karena begitu tak pekanya insting saya, saya pun tak sadar-sadar juga. Masih selalu saja melakukan hal-hal bodoh dan sia-sia. 

Sebodoh-bodohnya keledai, dia tak kan mungkin jatuh di lubang yang sama. Bisa jadi saya adalah seseorang yang tidak mau belajar dari masa lalu. Dan benar ada sepotong hidup saya yang harus jatuh di lubang yang (hampir) sama dan lebih dalam. Saya pun nyaris tidak bisa belajar dari kejatuhan tersebut, meratapi nasib, merasa hanya saya saja yang sengsara dan ingin menghentikan waktu untuk memperbaiki masa lalu...Masya Allah.  Allah memang sayang sama saya melebihi kedua orang tua bahkan diri saya sendiri. Tak diragukan lagi. Terseok-seok saya mencoba untuk bangkit, tentu saja dengan kekuatan yang diberikan oleh Allah, meskipun tampak samar-samar hati saya menerima kekuatan tersebut. Allah tak membiarkan aku berjalan penuh dengan kebimbangan dan keraguan akan masa lalu, sekarang dan masa depan. Pelan-pelan Allah menghadirkan lingkungan yang mendukung, teman-teman yang bersedia berbagi meskipun hanya lewat tulisan serta keluarga yang selalu mendukung (Ahhh saat menulis ini saya teringat ibu yang tak henti-hentinya berdoa untuk saya di sepertiga malam-malamnya...anak mu ini berjanji untuk selalu memberikan yang terbaik dan berbakti sampai kapan pun). Saya pun seolah-olah ditunjukkan oleh Allah hidayah-hidayah, menemukan sebuah komunitas di dunia maya yang membuat saya tersadar, "Hey...bukan kamu aja lho yang mendapat cobaan dan di luar sana begitu banyak manusia yang cobaannya lebih besar tapi mereka mau berusaha untuk bangkit !!". Iya, saya benar-benar tersadar. Saya mulai bisa membuka hati untuk menerima dengan legowo takdir (masa lalu) yang tak sesuai harapan. Tak berhenti sampai di situ, Allah memberikan kemudahan-kemudahan saya untuk belajar memahami buku-buku yang menginspirasi. Meskipun hanya lewat tulisan, mereka mampu menginspirasi saya untuk berubah dan tentu saja ikhlas menerima takdir yang telah Allah gariskan untuk saya. Subhanallah....sebuah perjalanan yang naik-turun, kadang semangat, kadang masih prihatin. Begitulah pentingnya mencharge hati terus menerus agar di saat iman saya di bawah, dengan segera kembali ke keseimbangan. 

Cobaan yang membuat saya di titik terbawah dan dengan petunjuk-Nya, Allah masih memberikan saya seperti kondisi sekarang dan merasa lebih baik sebelum cobaan tersebut datang. Inilah yang dinamakan Bounce Ability, meminjam kata-kata teteh Pewsi di bukunya Be a Great Muslimah. Seperti sebuah bola basket, semakin ditekan ke bawah maka kekuatan memantulnya melebihi posisi awalnya...Subhanallah. Maka sudah seharusnya saya pun belajar dari filosofi tersebut. Tentu saja tak boleh berpuas diri, masih banyak PR-PR yang harus saya selesaikan dan masih banyak hal-hal yang harus dipelajari dan diamalkan. Dan saat ini masih berusaha untuk melaksanakan nasehat-nasehat yang diberikan oleh seorang ukhti yang bersedia membagikan ilmunya kepada saya dan doakan saya semoga bisa istiqomah untuk melaksanakannya, tentu saja dengan izin Allah. Semoga Allah membalas kebaikan ukhti melebihi apa yang ukhti nasehatkan kepada saya dan senantiasa keluarga kecil ukhti selalu dalam perlindungan Allah..aamiin.

Begitulah titik balik dalam kehidupan saya, di saat perjalanan menuju ke usia 25 tahun. Saya pun tak tahu pengalaman-pengalaman apa yang akan saya dapatkan nanti setelah melewati usia ini. Semoga saya bisa meniru filosofi Bounce Ability, dan selalu melangkah dalam ridho-Allah SWT. Yang utama saat ini mencari ilmu sebanyak-banyaknya, menggali hikmahnya dan mengamalkannya dengan baik dan benar. Sehingga saya mampu untuk menghadapi hal-hal di luar perkiraan saya. Allah memang tidak pernah tidur, dia memelihara semua makhluk-Nya, kasih sayang-Nya sangat lembut sehingga kadang manusia tidak merasakan kasih sayang tersebut. Sudah seharusnya semua masalah disandarkan hanya kepada-Nya, kekuasaan-Nya meliputi langit dan bumi, mudah bagi-Nya untuk mewujudkan impian-impian besar saya, anda, dan mereka. YAKINLAH !!!

Never Ending Learning.